Selamat datang kembali di web blog Catatan IzRuYan!
Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sebuah curhatan dari berbagai anak di pelosok Nusantara, Catatan IzRuYan menghadirkan "Suara Hati Anak". Akan ada berbagai postingan. Setiap satu postingan akan menceritakan satu curhatan anak tentang kisah pilu hidupnya. Dan sesaat lagi, Anda akan mulai membaca postingan/episode pertama "Suara Hati Anak : Sekolah Di Masa Pandemi Corona, Anak Lebih Kesulitan dari Biasanya".
Pandemi Corona mulai muncul di Indonesia sejak Maret 2020. Sudah hampir setahun pandemi Covid melanda dunia ini. Anak-anak pun diharuskan belajar dari rumah. Agar menghindari daripada penyebaran Covid-19.
Ada anak yang merasa mengeluh. Di saat mulai belajar online, dia merasa lebih sulit dibanding belajar di sekolah. Karena, guru-guru keasyikan kasih tugas terlalu banyak, tidak seperti di masa normal. Sampai-sampai, ada guru yang mengecam anak tersebut, dan memberitahukan bahwa dia tidak boleh ujian dan tidak naik kelas. Ujung-ujungnya, dia pun bunuh diri. Sangat naas sekali. Gara-gara guru banyak beri tugas, hingga akhirnya nyawa anak pun melayang.
Cerita selanjutnya, ada seorang anak yang sedang belajar daring. Tetapi, disaat anak itu sedang sibuk mengerjakan tugas daringnya, orangtuanya menyuruh anaknya untuk menjemur pakaian. Pakaian yang harus dijemur itu tidak sedikit. Malah banyak yang harus dijemur. 3 ember pula. Anak itupun harus mengorbankan tugas daring itu dan pergi menjemur pakaian. Waktu menjemur pun 1 jam. Dan akhirnya, dia pun tidak sempat mengerjakan dan mengumpulkan tugas karena waktu yang diberikan gurunya untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas telah habis. Dan guru tersebut tidak menerima lagi tugas yang telat diserahkan, dan dinyatakan alpa / absen. Oh. Malangnya anak itu. Hanya gara-gara menjemur pakaian yang banyak itu, dia dinyatakan absen sama gurunya.
Setelah keadaan mulai membaik, tapi Corona masih ada. Telah diberlakukan New Normal. Ada seorang anak yang disuruh untuk ke sekolah untuk mengambil rapor. Sayangnya anak itu tidak ada yang bisa mengantarkannya ke sekolah. Dia pun tidak bisa naik kendaraan (sepeda atau motor) untuk ke sekolah. Ojek disekitar rumahnya pun tidak ada yang lewat, karena gurunya meminta untuk datang ke sekolah di siang hari. Sudah tau kalau di siang hari ojek jarang lewat. Bahkan tidak ada satupun ojek yang lewat. Karena kemungkinan besar para tukang ojek sedang makan siang. Dia pun terus berjalan jauh. Tapi, ojeknya juga tidak ada satupun yang lewat. Lihat jamnya, dia terlambat, dan akhirnya terpaksa pulang lagi ke rumahnya dan batal untuk ke sekolah. Dia sudah berusaha untuk bisa ke sekolah untuk mengambil rapor, namun takdirnya dia tidak bisa pergi ke sekolah di hari itu. Terpaksa, dia tidak bisa mengambil rapor. Kata gurunya, siapa saja yang tidak hadir, rapornya akan dirobek. Kalau itu benar, sangat malang sekali anak itu. Bagaimana nasibnya jika rapornya benar-benar dirobek sama gurunya itu. Sungguh sedih sekali. Di masa yang akan datang, kalau dia disuruh fotokopi rapornya, dia tidak punya karena rapornya dirobek. Dia sudah berusaha untuk bisa ke sekolah, tapi dia tidak bisa karena ada hambatan seperti tidak ada yang mengantarkannya ke sekolah karena orangtuanya sedang pergi ke luar kota, dia tidak bisa naik kendaraan, sekolahnya jauh, dan ojek tidak ada yang lewat.
ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Sekian Suara Hati Anak kali ini. Mudah-mudahan, cerita ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua. Dan bisa mewakilkan dari cerita diatas. Ada saran cerita atau curhatan seorang anak? Bisa kunjungi laman Kontak Kami, atau silahkan di kolom komentar dibawah.
Nantikan postingan Suara Hati Anak lainnya hanya di web blog Catatan IzRuYan. LANGGANAN atau IKUTI web blog ini atau download aplikasi IzRu Web, untuk mendapatkan notifikasi postingan terbaru Suara Hati Anak dari Catatan IzRuYan.
Terimakasih :)
Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sebuah curhatan dari berbagai anak di pelosok Nusantara, Catatan IzRuYan menghadirkan "Suara Hati Anak". Akan ada berbagai postingan. Setiap satu postingan akan menceritakan satu curhatan anak tentang kisah pilu hidupnya. Dan sesaat lagi, Anda akan mulai membaca postingan/episode pertama "Suara Hati Anak : Sekolah Di Masa Pandemi Corona, Anak Lebih Kesulitan dari Biasanya".
Pandemi Corona mulai muncul di Indonesia sejak Maret 2020. Sudah hampir setahun pandemi Covid melanda dunia ini. Anak-anak pun diharuskan belajar dari rumah. Agar menghindari daripada penyebaran Covid-19.
Ada anak yang merasa mengeluh. Di saat mulai belajar online, dia merasa lebih sulit dibanding belajar di sekolah. Karena, guru-guru keasyikan kasih tugas terlalu banyak, tidak seperti di masa normal. Sampai-sampai, ada guru yang mengecam anak tersebut, dan memberitahukan bahwa dia tidak boleh ujian dan tidak naik kelas. Ujung-ujungnya, dia pun bunuh diri. Sangat naas sekali. Gara-gara guru banyak beri tugas, hingga akhirnya nyawa anak pun melayang.
Cerita selanjutnya, ada seorang anak yang sedang belajar daring. Tetapi, disaat anak itu sedang sibuk mengerjakan tugas daringnya, orangtuanya menyuruh anaknya untuk menjemur pakaian. Pakaian yang harus dijemur itu tidak sedikit. Malah banyak yang harus dijemur. 3 ember pula. Anak itupun harus mengorbankan tugas daring itu dan pergi menjemur pakaian. Waktu menjemur pun 1 jam. Dan akhirnya, dia pun tidak sempat mengerjakan dan mengumpulkan tugas karena waktu yang diberikan gurunya untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas telah habis. Dan guru tersebut tidak menerima lagi tugas yang telat diserahkan, dan dinyatakan alpa / absen. Oh. Malangnya anak itu. Hanya gara-gara menjemur pakaian yang banyak itu, dia dinyatakan absen sama gurunya.
Setelah keadaan mulai membaik, tapi Corona masih ada. Telah diberlakukan New Normal. Ada seorang anak yang disuruh untuk ke sekolah untuk mengambil rapor. Sayangnya anak itu tidak ada yang bisa mengantarkannya ke sekolah. Dia pun tidak bisa naik kendaraan (sepeda atau motor) untuk ke sekolah. Ojek disekitar rumahnya pun tidak ada yang lewat, karena gurunya meminta untuk datang ke sekolah di siang hari. Sudah tau kalau di siang hari ojek jarang lewat. Bahkan tidak ada satupun ojek yang lewat. Karena kemungkinan besar para tukang ojek sedang makan siang. Dia pun terus berjalan jauh. Tapi, ojeknya juga tidak ada satupun yang lewat. Lihat jamnya, dia terlambat, dan akhirnya terpaksa pulang lagi ke rumahnya dan batal untuk ke sekolah. Dia sudah berusaha untuk bisa ke sekolah untuk mengambil rapor, namun takdirnya dia tidak bisa pergi ke sekolah di hari itu. Terpaksa, dia tidak bisa mengambil rapor. Kata gurunya, siapa saja yang tidak hadir, rapornya akan dirobek. Kalau itu benar, sangat malang sekali anak itu. Bagaimana nasibnya jika rapornya benar-benar dirobek sama gurunya itu. Sungguh sedih sekali. Di masa yang akan datang, kalau dia disuruh fotokopi rapornya, dia tidak punya karena rapornya dirobek. Dia sudah berusaha untuk bisa ke sekolah, tapi dia tidak bisa karena ada hambatan seperti tidak ada yang mengantarkannya ke sekolah karena orangtuanya sedang pergi ke luar kota, dia tidak bisa naik kendaraan, sekolahnya jauh, dan ojek tidak ada yang lewat.
ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Sekian Suara Hati Anak kali ini. Mudah-mudahan, cerita ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua. Dan bisa mewakilkan dari cerita diatas. Ada saran cerita atau curhatan seorang anak? Bisa kunjungi laman Kontak Kami, atau silahkan di kolom komentar dibawah.
Nantikan postingan Suara Hati Anak lainnya hanya di web blog Catatan IzRuYan. LANGGANAN atau IKUTI web blog ini atau download aplikasi IzRu Web, untuk mendapatkan notifikasi postingan terbaru Suara Hati Anak dari Catatan IzRuYan.
Terimakasih :)
Posting Komentar