
Kali ini, IzRuMin ingin berbagi cerita yang menyentuh hati, tentang kebingungan dan dilema yang dialami oleh Syahirah Ruzana. Diantara dua pilihan, sholawat atau kultum, dan terjadi hal-hal yang cukup menyakitkan. Seperti apa ceritanya?
Sebelum itu, yuk berikan sebagian rezekimu untuk memberikan donasi sebagai bentuk upaya dukungan dari kamu untuk perkembangan dan kemajuan web blog ini dan web member lain dari IzRu Web. Dukungan dari kamu sangat berarti bagi IzRuMin.
Pada suatu hari di bulan September 2024, Syahirah Ruzana yang merupakan siswi kelas VIII C di sekolahnya, tengah dilanda kebingungan besar. Karena pada minggu itu ia dihadapkan pada dua tanggung jawab yang saling berbenturan. Di satu sisi, ia harus mengikuti latihan sholawat untuk persiapan acara Maulid Nabi yang akan digelar pada tanggal 26 September. Di sisi lain, kelasnya, VIII C, ditunjuk sebagai petugas kultum untuk hari Jumat, 20 September 2024, yang membuatnya juga harus mengikuti latihan kultum bersama teman-temannya.
Tidak hanya Syahirah Ruzana yang menghadapi dilema ini, dua teman sekelasnya yang juga aktif dalam grup sholawat merasa bingung harus memilih yang mana. Jika mereka tidak mengikuti latihan kultum, pasti wali kelas mereka akan menegur. Sebaliknya, jika mereka tidak hadir di latihan sholawat, mungkin tentu saja guru pembimbing sholawat tersebut akan kecewa.
Setelah mempertimbangkan berbagai hal, akhirnya Syahirah Ruzana dan kedua temannya memutuskan untuk mengikuti latihan kultum, karena itu merupakan tanggung jawab kelas mereka. Dengan berat hati, mereka memberitahukan keputusan ini kepada guru pembimbing sholawat, serta teman-teman lain di grup sholawat. Mereka berterus terang tidak bisa mengikuti latihan sholawat karena harua mengikuti latihan kultum.
Sayangnya, keputusan ini membawa konsekuensi yang menyakitkan. Mereka bertiga pun dikeluarkan dari tim sholawat dan tidak diizinkan tampil pada acara Maulid Nabi tahun ini.
Perasaan sedih mulai menyelimuti hati Syahirah Ruzana. Dia merasa kecewa karena tidak bisa tampil bersama grup sholawat, padahal saat acara Maulid Nabi tahun lalu ia tampil sholawatan tetapi belum memiliki baju muslim warna putih. Sekarang, ketika dia sudah memiliki baju muslim putih, justru kesempatan untuk tampil sholawat di acara Maulid Nabi itu sirna.
Walaupun begitu, Syahirah Ruzana sadar bahwa hidup terkadang menghadirkan pilihan-pilihan sulit. Dia harus belajar menerima bahwa tidak semua yang diinginkannya dapat terjadi sesuai rencana. Meski sedih, Syahirah Ruzana berusaha untuk tetap semangat dan mengambil pelajaran dari pengalaman ini. Ke depan, dia yakin akan ada lebih banyak kesempatan untuk menebar kebaikan, baik melalui sholawat maupun kegiatan-kegiatan lain yang positif.
Sekian dulu cerita dari IzRuMin kali ini. Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.
Jangan lupa untuk Follow Blog atau download aplikasi IzRu Web sekarang, agar tidak ketinggalan cerita menarik lainnya dari web blog Catatan IzRuYan.
Yuk buruan baca e-book "17 Bulan Sedih Tanpa HP" sekarang. Dapatkan hanya di Trakteer. Jika telah tercapai target, cerita yang ada di dalam e-book tersebut akan dipublikasikan ke dalam web blog Catatan IzRuYan. Yuk dapatkan dan baca sekarang. 😊
Terimakasih :)
Posting Komentar